Setiap pertemuan selalu ada perpisahan. Hal ini yang gue
rasain pada hari ini. Hari ini adalah hari gue wisuda, artinya masa kontrak gue
di SMP gue hampir habis. Emang sih, pengumuman kelulusan gue masih tanggal 14
Juni nanti, tapi itulah namanya optimis.
Sebelum acara Wisuda di gelar. Jauh-jauh hari semua anak
mempersiapkan dengan matang, sematang telor goreng buatan nyokap Umm.. Yumy!!
Eh, kenapa kita malah bahas telor goreng nyokap gue? Balik ke acara
wisudaan. Semua mempersiapkan dari jauh-jauh hari, mempersiapkan dengan matang.
Dari kelas 7, 8, dan 9.
Gue sendiri akan menampilkan band gue. Emang sih, kita
sudah sering mengikuti acara-acara sekolah kaya begini, tapi ini penampilan
terakhir kita di SMP kita. Gue kaya mau mati aja. Kita latihan, berhubung kelas
9 masuknya jarang-jarang, untuk mengisi kejenuhan kita, kita nge band. Kalau
enggak nyewa studio, kalau tanggal tua kita latihan di rumahnya Nisha. Nisha
mempunyai studio sendiri, tapi masalahnya dia enggak punya peredam suara. Jadi
kalau suara Vivin fales, tetangga Nisha akan berbondong-bondong datang membawa
garbu rumput dan obor, dan berkata "Bebaskan babi itu! Atau kami laporkan
kalian ke dinas Hak Asasi Kebabian!". Suara Vivin kalau lagi fales kaya
babi diperkosa.
Enggak cuma band kita, banyak band tetangga (kami emang
menyebutnya band tetangga soalnya kita gak serumah) yang akan menampilkan
kualitas mereka. Setelah kita liat kualitas mereka kualitas Cina. Sementara
kita Taiwan (yaelah sama aja).
"Riz, nanti kita latihan di sekolah" Gue membaca
SMS dari Febri.
"Oke deh, jam berapa brow?" Bales sms gue.
"Jam 3 langsung ke ruang musik".
Jam tiga pas kita semua udah ada di sana. Yang jadi masalah
adalah Pak Edi guru musik kita belum dateng. Bonyok nunggu pak Edi belum
dateng, kita akhirnya mencari makan, kebetulan gue belum makan siang.
"makan yuk!" ajak gue ke temen-temen gue.
"Ayuk, makan apa?"
"Mi ayam aja, yang deket-deket aja"
Akhirnya kita makan.
Setelah kita selesai makan siang, gue ngeliat ada anak tari
yang selesai latihan. Gue yang penasaran nanya ke mereka "Eh pak Edi tadi
dateng?" tanya gue ke mereka.
"Oh, iya mas tadi kesini terus pulang." Kata salah satu
dari mereka.
"Apa? pulang? Kok bisa" Gue shock.
"Lah, tadi gak ada anak band"
Gue dihajar habis-habisan sama temen-temen gue. Gue yang merasa
bersalah langsung meminta maaf kepada pak Edi, layaknya orang yang gak berani
nembak langsung, gue minta maaf lewat sms. Akhirnya pak Edi memaaf kan dan kita
jadian. Enggak-enggak, gue gak nafsu sama bapak-bapak umur 43 tahun yang
berkumis lebat.
Latihan hari kedua, lancar, hari ketiga lancar, hari
ke empat gak ada. Hari ke Empat kita Gladi resik. Gladi dimulai dari jam 2
sampe habis Magrib. Gue ngantuk banget, tapi ketika gue mau tidur selalu aja
ada yang bikin ganggu. Buat yang gak tau gue bisa tidur meski keadaan gladi pun
gue bisa, asalkan enggak ada yang suka cubit gue aja. Sering pas mata gue mau
offline, Aryo, Benny, Febri suka nyubit muka gue. Gue sempet membalas, pas
Febri mau tidur, gue mau sekap dia pake sapu tangan gue. Yang jadi masalah gue
gak bawa sapu tangan, jadi niat itu gue urung. Kata guru gue, kita tampil di
Pra acara dan Inti, cuma band kita yang tampil 2 kali. Dan gue harus dateng jam
setengah tuju. Yang jadi problem bisa
gak bokap gue berangkat jam segitu? mana besok mungkin adek gue Resa dan Rasya
sekolah. Akan menjadi lama kalau dua kurcaci itu mandi. Si Resa mandi lama
banget kaya kebo. Rasya mandi di bak mandi juga lama. Dua-duanya bikin darah
tinggi. Belum lagi bokap gue.
Pulang gladi, gue mencari bokap gue, kebetulan bokap gue
lagi rapat, gue menelfon dia
"Hallo, pa?"
"Iya, kenapa?"
"Pa besok bisa gak dateng jam setengah tuju?"
"Setengah tuju?"
"Iya, bisa kan?"
"Kan di undangannya jam 7?"
"Iya, ini aku ngisi pra, bisa ya pa pliss ya!"
"Ah, papa lagi rapat nanti aja di rumah,
tut-tut-tut-tut-" Telfon ditutup
Gue gak bisa tidur, gue ngerasa badan gue gak enak.
Ternyata gue belom mandi. Gue mandi, tidak lupa menggososk gigi, habis mandi kutolong
ibu, membersihkan tempat tidurku. Kenapa gue malah nyanyi? Malem-malem, gue
main Facebook kebetulan belum tamat. Tiba tiba terdengar suara orang
muntah-muntah. Ternyata Resa sakit. Disisi lain gue merasa kasihan kepada adik
gue satu ini, disisi lain gue seneng banget soalnya anak yang bikin gue telat
tinggal Rasya. Jadi kalo misalnya gue telat satu-satunya yang bisa gue marahin
cuma dia. Bwahahaha (ketawa demit).
Setibanya di sana, gue di turunin di depan gerbang, gue
mempersiapkan semua. setibanya di sana pak Martin bilang "Ini nanti kamu
kan pra acara pertama, jadi lagumu buat fashion show Gus dan jeng ya?"
kata pak Martin dengan logat Solo yang Medok. Gue yang seneng banget karena
anak Jeng-nya cantik-cantik dan manis-manis, Gus nya enggak kalah cantik gue
liat tadi (kalo gusnya baca ini pasti bilang 'idih..makasih mas rizq' dengan
gaya tangan bergetar-getar, cocok cyiin!). Setelah perform kita duduk ditempat
yang udah ada namanya. Bokap gue duduk agak jauh dari gue, tapi tempatnya enak,
dingin, sejuk. Lah gue? panas, karbondioksida dimana-mana, kentut orang juga
dimana-mana. Semacam danger zone yang sudah ter-isolasi oleh pemerintah.
Proses Wisuda dimulai, semua anak maju untuk diberi semacam
kaya kalung ada logo sekolah gue, dan buku album foto siswa. Ada foto gue yang
keren banget kaya cover boy majalah flora dan fauna, ada foto gue yang aneh.
Waktu itu kita foto dulu, aba-abanya menyanyi lagi balon ku "Meletus balon
Hijau Dor!" pas bilang "Dor" di jepret JBRET!. Mulut gue
mangapnya kelebaran. Pada saat acara, bagian yang menurut gue paling terhenyut
(bahasa apaan tuh?) adalah pas temen gue Azizah membacakan puisi. Temen gue
Yesinta menangis terharu, Febri menangis, belakangan gue tau Febri menangis
bukan karena tersentuh oleh puisi Azizah, tapi dia menangis karena laper, belum
sarapan. Kasian dia, hina banget dia.
Salah satu adegan favorit gue adalah waktu Teater.
Ada salah satu adegan yang menurut gue itu sangat mengocok perut, hati, ginjal,
paha, dan lain-lain. Adegan itu adalah proses lamaran dari Bahar dan Elisabeth.
Elisabeth digambarkan sesosok wanita yang cantik, anggun, ramping,
menawan...tapi itu semua kebalikannya. Dia aslinya,,,gimana ya cara ngomongnya
biar dia enggak tersinggung? jelek, item, Gendut, dan berkumis. Elisabeth aslinya
namanya Alvian, beda jauh kan? Lucunya Bahar melihat Elisabeth (baca:Alvian)
sosok wanita yang (maaf ya) cantik, anggun, ramping, menawan. Terus
terang gue malu sebagai temen sekelasnya. Tapi dibalik itu gue cukup seneng.
Dia bisa jadi The Next Olga Syahputra. Pas gladi dia sempet minjem high
heelsnya Nisa, pas gue nanya "Yan, itu high heels buat apaan?"
Tanya gue ke dia
"Oh buat Yocha " gayanya yang gemulai
"Perasaan Yocha kakinya kecil deh?"
"Gak tau, katanya dia mau yang besar"
Gak taunya dia yang make. Benar-benar parah dia!
Setelah acara wisuda selesai. Gue pulang, gue langsung
masuk kamar. Gue duduk di sofa yang ada di kamar gue sambil memangku buku foto
album. Entah kenapa gue merasa sangat emosional. Gue melihat aksi temen-temen
angkatan gue, ada yang pake kaca mata hitam biar kelihatan cool tapi malah kaya tukang pijet tuna netra. Gue melihat wajah-wajah
temen-temen gue. Wajah-wajah yang mungkin enggak bisa bersama dengan gue ketika
SMA, wajah yang selalu menghiasi di hidup gue selama tiga tahun bersekolah di
SMPN 1 Wlingi, teringat gue ketika pertama kali datang ke sana, melihat
wajah-wajah baru. Yang awalnya tak kenal menjadi sahabat. Sahabat yang tidak
terpisahkan tertawa bersama, melakukan banyak hal bersama. Tapi kini kita telah
mengambil jalan masing-masing. Pilihan yang membuat kita merasa kehilangan dan
harus mengatakan 'Sampai berjumpa lagi kawan!' dan melambaikan tangan. Gue yang
menatap nanar keluar jendela, melihat langit dan berkata dalam hati gue,
"Gue bakalan kangen dengan tingkah laku kalian selama ini."
Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar