Rabu, 04 Juni 2014

Wisuda Sekolah

   Setiap pertemuan selalu ada perpisahan. Hal ini yang gue rasain pada hari ini. Hari ini adalah hari gue wisuda, artinya masa kontrak gue di SMP gue hampir habis. Emang sih, pengumuman kelulusan gue masih tanggal 14 Juni nanti, tapi itulah namanya optimis.

  Sebelum acara Wisuda di gelar. Jauh-jauh hari semua anak mempersiapkan dengan matang, sematang telor goreng buatan nyokap Umm.. Yumy!! Eh, kenapa kita malah bahas telor goreng nyokap gue?  Balik ke acara wisudaan. Semua mempersiapkan dari jauh-jauh hari, mempersiapkan dengan matang. Dari kelas 7, 8, dan 9.

  Gue sendiri akan menampilkan band gue. Emang sih, kita sudah sering mengikuti acara-acara sekolah kaya begini, tapi ini penampilan terakhir kita di SMP kita. Gue kaya mau mati aja. Kita latihan, berhubung kelas 9 masuknya jarang-jarang, untuk mengisi kejenuhan kita, kita nge band. Kalau enggak nyewa studio, kalau tanggal tua kita latihan di rumahnya Nisha. Nisha mempunyai studio sendiri, tapi masalahnya dia enggak punya peredam suara. Jadi kalau suara Vivin fales, tetangga Nisha akan berbondong-bondong datang membawa garbu rumput dan obor, dan berkata "Bebaskan babi itu! Atau kami laporkan kalian ke dinas Hak Asasi Kebabian!". Suara Vivin kalau lagi fales kaya babi diperkosa.

  Enggak cuma band kita, banyak band tetangga (kami emang menyebutnya band tetangga soalnya kita gak serumah) yang akan menampilkan kualitas mereka. Setelah kita liat kualitas mereka kualitas Cina. Sementara kita Taiwan (yaelah sama aja).

 "Riz, nanti kita latihan di sekolah" Gue membaca SMS dari Febri.
"Oke deh, jam berapa brow?" Bales sms gue.
"Jam 3 langsung ke ruang musik".

  Jam tiga pas kita semua udah ada di sana. Yang jadi masalah adalah Pak Edi guru musik kita belum dateng. Bonyok nunggu pak Edi belum dateng, kita akhirnya mencari makan, kebetulan gue belum makan siang. "makan yuk!" ajak gue ke temen-temen gue.
"Ayuk, makan apa?"
"Mi ayam aja, yang deket-deket aja"

  Akhirnya kita makan.

  Setelah kita selesai makan siang, gue ngeliat ada anak tari yang selesai latihan. Gue yang penasaran nanya ke mereka "Eh pak Edi tadi dateng?" tanya gue ke mereka.
"Oh, iya mas tadi kesini terus pulang." Kata salah satu dari mereka.
"Apa? pulang? Kok bisa" Gue shock.
"Lah, tadi gak ada anak band"
Gue dihajar habis-habisan sama temen-temen gue. Gue yang merasa bersalah langsung meminta maaf kepada pak Edi, layaknya orang yang gak berani nembak langsung, gue minta maaf lewat sms. Akhirnya pak Edi memaaf kan dan kita jadian. Enggak-enggak, gue gak nafsu sama bapak-bapak umur 43 tahun yang berkumis lebat.

   Latihan hari kedua, lancar, hari ketiga lancar, hari ke empat gak ada. Hari ke Empat kita Gladi resik. Gladi dimulai dari jam 2 sampe habis Magrib. Gue ngantuk banget, tapi ketika gue mau tidur selalu aja ada yang bikin ganggu. Buat yang gak tau gue bisa tidur meski keadaan gladi pun gue bisa, asalkan enggak ada yang suka cubit gue aja. Sering pas mata gue mau offline, Aryo, Benny, Febri suka nyubit muka gue. Gue sempet membalas, pas Febri mau tidur, gue mau sekap dia pake sapu tangan gue. Yang jadi masalah gue gak bawa sapu tangan, jadi niat itu gue urung. Kata guru gue, kita tampil di Pra acara dan Inti, cuma band kita yang tampil 2 kali. Dan gue harus dateng jam setengah tuju. Yang jadi problem bisa gak bokap gue berangkat jam segitu? mana besok mungkin adek gue Resa dan Rasya sekolah. Akan menjadi lama kalau dua kurcaci itu mandi. Si Resa mandi lama banget kaya kebo. Rasya mandi di bak mandi juga lama. Dua-duanya bikin darah tinggi. Belum lagi bokap gue.

  Pulang gladi, gue mencari bokap gue, kebetulan bokap gue lagi rapat, gue menelfon dia
"Hallo, pa?"
"Iya, kenapa?"
"Pa besok bisa gak dateng jam setengah tuju?"
"Setengah tuju?"
"Iya, bisa kan?"
"Kan di undangannya jam 7?"
"Iya, ini aku ngisi pra, bisa ya pa pliss ya!"
"Ah, papa lagi rapat nanti aja di rumah, tut-tut-tut-tut-" Telfon ditutup

  Gue gak bisa tidur, gue ngerasa badan gue gak enak. Ternyata gue belom mandi. Gue mandi, tidak lupa menggososk gigi, habis mandi kutolong ibu, membersihkan tempat tidurku. Kenapa gue malah nyanyi? Malem-malem, gue main Facebook kebetulan belum tamat. Tiba tiba terdengar suara orang muntah-muntah. Ternyata Resa sakit. Disisi lain gue merasa kasihan kepada adik gue satu ini, disisi lain gue seneng banget soalnya anak yang bikin gue telat tinggal Rasya. Jadi kalo misalnya gue telat satu-satunya yang bisa gue marahin cuma dia. Bwahahaha (ketawa demit).

  Setibanya di sana, gue di turunin di depan gerbang, gue mempersiapkan semua. setibanya di sana pak Martin bilang "Ini nanti kamu kan pra acara pertama, jadi lagumu buat fashion show Gus dan jeng ya?" kata pak Martin dengan logat Solo yang Medok. Gue yang seneng banget karena anak Jeng-nya cantik-cantik dan manis-manis, Gus nya enggak kalah cantik gue liat tadi (kalo gusnya baca ini pasti bilang 'idih..makasih mas rizq' dengan gaya tangan bergetar-getar, cocok cyiin!). Setelah perform kita duduk ditempat yang udah ada namanya. Bokap gue duduk agak jauh dari gue, tapi tempatnya enak, dingin, sejuk. Lah gue? panas, karbondioksida dimana-mana, kentut orang juga dimana-mana. Semacam danger zone yang sudah ter-isolasi oleh pemerintah.

  Proses Wisuda dimulai, semua anak maju untuk diberi semacam kaya kalung ada logo sekolah gue, dan buku album foto siswa. Ada foto gue yang keren banget kaya cover boy majalah flora dan fauna, ada foto gue yang aneh. Waktu itu kita foto dulu, aba-abanya menyanyi lagi balon ku "Meletus balon Hijau Dor!" pas bilang "Dor" di jepret JBRET!. Mulut gue mangapnya kelebaran. Pada saat acara, bagian yang menurut gue paling terhenyut (bahasa apaan tuh?) adalah pas temen gue Azizah membacakan puisi. Temen gue Yesinta menangis terharu, Febri menangis, belakangan gue tau Febri menangis bukan karena tersentuh oleh puisi Azizah, tapi dia menangis karena laper, belum sarapan. Kasian dia, hina banget dia.

   Salah satu adegan favorit gue adalah waktu Teater. Ada salah satu adegan yang menurut gue itu sangat mengocok perut, hati, ginjal, paha, dan lain-lain. Adegan itu adalah proses lamaran dari Bahar dan Elisabeth. Elisabeth digambarkan sesosok wanita yang cantik, anggun, ramping, menawan...tapi itu semua kebalikannya. Dia aslinya,,,gimana ya cara ngomongnya biar dia enggak tersinggung? jelek, item, Gendut, dan berkumis. Elisabeth aslinya namanya Alvian, beda jauh kan? Lucunya Bahar melihat Elisabeth (baca:Alvian) sosok wanita yang (maaf ya)  cantik, anggun, ramping, menawan. Terus terang gue malu sebagai temen sekelasnya. Tapi dibalik itu gue cukup seneng. Dia bisa jadi The Next Olga Syahputra. Pas gladi dia sempet minjem high heelsnya Nisa, pas gue nanya "Yan, itu high heels buat apaan?" Tanya gue ke dia
"Oh buat Yocha " gayanya yang gemulai
"Perasaan Yocha kakinya kecil deh?"
"Gak tau, katanya dia mau yang besar"
Gak taunya dia yang make. Benar-benar parah dia!

  Setelah acara wisuda selesai. Gue pulang, gue langsung masuk kamar. Gue duduk di sofa yang ada di kamar gue sambil memangku buku foto album. Entah kenapa gue merasa sangat emosional. Gue melihat aksi temen-temen angkatan gue, ada yang pake kaca mata hitam biar kelihatan cool tapi malah kaya tukang pijet tuna netra. Gue melihat wajah-wajah temen-temen gue. Wajah-wajah yang mungkin enggak bisa bersama dengan gue ketika SMA, wajah yang selalu menghiasi di hidup gue selama tiga tahun bersekolah di SMPN 1 Wlingi, teringat gue ketika pertama kali datang ke sana, melihat wajah-wajah baru. Yang awalnya tak kenal menjadi sahabat. Sahabat yang tidak terpisahkan tertawa bersama, melakukan banyak hal bersama. Tapi kini kita telah mengambil jalan masing-masing. Pilihan yang membuat kita merasa kehilangan dan harus mengatakan 'Sampai berjumpa lagi kawan!' dan melambaikan tangan. Gue yang menatap nanar keluar jendela, melihat langit dan berkata dalam hati gue, "Gue bakalan kangen dengan tingkah laku kalian selama ini."
Tamat



Tidak ada komentar:

Posting Komentar