Senin, 16 Juni 2014

Do I Have to Lose You?

  Cinta pertama adalah pengalaman cinta yang takan pernah kita lupain. Gue pernah merasakan cinta pertama, dan semua berakhir dengan mengenaskan! Gue di duain men! Itu sakit banget, sampai-sampai gue harus galau selama 9 bulan ( buset, itu galau apa mengandung?) tapi gue udah membuang kenangan suram itu jauh-jauh.

  Setelah gue menjajah dari hati ke hati, namun semua juga mengenaskan. Gue kenal sama anak bernama sebut saja Rani tapi bukan itu nama aslinya. Seperti kalian tau dari cerita gue yang sebelumnya Rani terlihat cewe yang paling sempurna, dia udah cantik, baik, sopan, berkerudung sayang orang tua, rajin menabung, pokoknya idaman pria banget. Dan dia itu cewe yang sangat lucu.

   Hampir tiap malem gue ngobrol sama dia, tapi sayang gue cuma bisa ngobrol lewat BBM. Soalnya kita memang di sekolah yang sama, cuma bedanya gue kelas 3, dia kelas 1 SMP. Kelas 3 SMP berada di selatan, sementara kelas 1, dan 2 berada di utara. Nah saat itulah kesetiaan gue diuji. Sayang nya anak kelas 2 ada yang suka sama Rani, nama anak itu sebut saja Deri. Deri itu anak basket.....paling pendek. Dia cuma menang wajah, bisa dibilang dia (agak) mirip Difa Idola Cilik. Bedanya Difa kalo nyanyi suaranya agak enak, sementara dia nafas aja fales. Sorry gue menghina dia karena rasa benci gue ke dia sebesar upil gajah yang ditabung selama 14 tahun itu udah gede banget.

  Beralih dari Deri.

   Kita memang nyambung dalam hal yang absurd. Dia sering menceritakan saudaranya namanya Naila, katanya Naila kalo makan itu kaya kebo 2 bulan gak dikasih makan. Iya sih, emang Naila kaya kebo obesitas gitu. Gue juga suka menceritakan Adek gue Resa dan Rasya, kita pernah sempat berfikir untuk menjodohkan Resa dan Naila. Tapi kalo misalnya Resa kawin sama Naila, gue gak bisa kawin sama dia dong? Ah, gak seru!

   Lucunya, kita kalo manggil enggak pake adek-kakak. Biasanya kalo kaka kelas PDKT sama adek kelas biasanya gini "Dek, udak makan belum?" si adek kelasnya pasti jawab "Udah ka, kaka sudah makan?". Berbeda dengan  gue, gue menggunakan kata kamu-aku jadinya "Kamu udah makan?" dia juga jawab "Aku sudah, kalo kamu?". Emang gue sengaja gitu, bukan berarti dia gak sopan, gue cuma pingin lebih deket aja sama dia.

  Gue itu enggak mencari yang sempurna, emang dibalik kesempurnaanya Rani pasti Rani memiliki sifat tidak sempurna, dan sifat dia yang tidak sempurna Rani adalah dia suka membully Naila, bukan dia sih tapi kita Bwahaha(ketawa demit). Dia suka bilang kalo dia membully Naila itu dirumah, dan di sekolah, sampe-sampe saking marahnya Naila, dia di sekap di gudang sampai 3 tahun, eh enggak-enggak sampai 3 jam. Betapa malangnya dia. Emang dia itu tinggal sama Naila, dan orang tua Naila. Orang tuanya berada di luar kota. Dan mereka harus LDR. Gue pernah nanya ke dia "Gimana rasanya kamu LDR-an sama orang tuamu, sama kakak-kakak mu?" tanya gue ke dia.
"Em,,, gimana ya, menurutku enak sih?" kata dia dengan telunjuk tangan di dagu.
"Enak? enak gimana maksudmu?"
"Ya enak, soalnya biar tambah kangen sama tambah sayang, emangnya kenapa kamu kok nanya gitu sih?"
Karena dia udah nanya gitu sekalian aku curhat ke dia "Soalnya Papaku mau kerja di Bandung"
"Berarti kamu juga LDR-an dong?"
"Iya sih.."
"Ngomong soal LDR kamu pernah LDR gak" Kata dia tiba-tiba ke gue.
"Em...pernah sih" karena gue suka bercanda gue ajak bercanda "Waktu itu dia lagi di luar negri"
"Wah seriusan kamu LDR an sama dia diluar negri?"
"Iya waktu itu aku sekolah Negri dia Sekolah swasta " Jawab gue sambil cengar-cengir
"Ealah kirain...dasar sapi"
"hahaha kena deh"

  Hari demi hari berlalu, sampai-sampai temen gue Aden berencana nembak dia. Terus terang gue sakit hati, tapi gue juga gak pingin temen gue satu ini sedih. Lebih baik gue saja yang sakit hati. Tapi ternyata dia menolak Aden. Di sisi lain gue merasa lega, tapi gue juga merasa kasihan, akhirnya gue menanyakan ke dia
"Kenapa kamu nolak Aden?"
"Ya aku enggak mau pacaran aja"
"Oh kamu gak mau pacaran"
Memang pacaran itu dilarang sama agama islam. Di sisi lain gue juga tau bahwa orang yang memilih untuk tidak pacaran adalah orang yang memilih pasangan satu untuk seumur hidup atau Ta'aruf. Dia mencari pasangan sejati di hidupnya atau cinta pertama dan terkahir. So sweet.

   Setelah kejadian itu, gue berencana pacaran sama dia nanti aja dulu. Pendidikan dulu yang penting. Gue juga pernah bertanya "Rencana kalo kamu sudah lulus nanti mau sekolah dimana?" tanya gue ke dia
"Kalo aku sih rencana di SMA Taruna di Magelang"
JLEK!! seketika gue koma. "SMA teruna di magelang?" jawab gue agak syok.
"Iya, emang kenapa?"
"Berarti mau jadi Akabri dong?"
"Ya enggak, katanya sekolah di situ asyik"
Hening. Gue tau SMA Taruna itu sekolah yang bagus, sebuah sekolah yang mendidik siswanya dengan tiga bimbingan : intelegensi, kepribadian, dan fisik, sekolah ini dikenal dengan penekanan pada nilai-nilai kebangsaan dan kedisiplinan semi militer, di samping berbagai prestasi akademik dan kepemimpinan. . Tapi apakah dia mampu? Bukan, pertanyaannya bukan "Apakah dia mampu?" tapi pertanyaan yang seharusanya "Apakah gue mampu?" dimalam itu gue merasa sedih. tapi dia malah menghibur gue "Kau mau jadi pilot ya?"
"Enggak, aku cuma mau jadi supir pesawat kok"
"Yah sama aja keles"

   Justru yang gue pikirin saat ini, jika akhirnya dia memilih sekolah di SMA Taruna, sementara gue di SMA 1 Talun, belom lagi kalo gue menjadi pilot. Gue merasa kita berda di jalan yang berbeda. tapi  I want she always gonna be my Path! entah kenapa gue teringat kata-kata Peter Parker ketika dia akan kehilangan Gwen Stacy "We're not in a different path, you're my path, And you're always gonna be my path. I know million reasons why we shouldn't be together, but i'm tired of them, I'm tired of every single one of them. Well, we all have to make a choise, and i choose you" Gue meng-kutib kata-kata itu secara lengkap.


 I'm not ready to lose you. Perhaps I never will be

   

   
 

Rabu, 04 Juni 2014

Wisuda Sekolah

   Setiap pertemuan selalu ada perpisahan. Hal ini yang gue rasain pada hari ini. Hari ini adalah hari gue wisuda, artinya masa kontrak gue di SMP gue hampir habis. Emang sih, pengumuman kelulusan gue masih tanggal 14 Juni nanti, tapi itulah namanya optimis.

  Sebelum acara Wisuda di gelar. Jauh-jauh hari semua anak mempersiapkan dengan matang, sematang telor goreng buatan nyokap Umm.. Yumy!! Eh, kenapa kita malah bahas telor goreng nyokap gue?  Balik ke acara wisudaan. Semua mempersiapkan dari jauh-jauh hari, mempersiapkan dengan matang. Dari kelas 7, 8, dan 9.

  Gue sendiri akan menampilkan band gue. Emang sih, kita sudah sering mengikuti acara-acara sekolah kaya begini, tapi ini penampilan terakhir kita di SMP kita. Gue kaya mau mati aja. Kita latihan, berhubung kelas 9 masuknya jarang-jarang, untuk mengisi kejenuhan kita, kita nge band. Kalau enggak nyewa studio, kalau tanggal tua kita latihan di rumahnya Nisha. Nisha mempunyai studio sendiri, tapi masalahnya dia enggak punya peredam suara. Jadi kalau suara Vivin fales, tetangga Nisha akan berbondong-bondong datang membawa garbu rumput dan obor, dan berkata "Bebaskan babi itu! Atau kami laporkan kalian ke dinas Hak Asasi Kebabian!". Suara Vivin kalau lagi fales kaya babi diperkosa.

  Enggak cuma band kita, banyak band tetangga (kami emang menyebutnya band tetangga soalnya kita gak serumah) yang akan menampilkan kualitas mereka. Setelah kita liat kualitas mereka kualitas Cina. Sementara kita Taiwan (yaelah sama aja).

 "Riz, nanti kita latihan di sekolah" Gue membaca SMS dari Febri.
"Oke deh, jam berapa brow?" Bales sms gue.
"Jam 3 langsung ke ruang musik".

  Jam tiga pas kita semua udah ada di sana. Yang jadi masalah adalah Pak Edi guru musik kita belum dateng. Bonyok nunggu pak Edi belum dateng, kita akhirnya mencari makan, kebetulan gue belum makan siang. "makan yuk!" ajak gue ke temen-temen gue.
"Ayuk, makan apa?"
"Mi ayam aja, yang deket-deket aja"

  Akhirnya kita makan.

  Setelah kita selesai makan siang, gue ngeliat ada anak tari yang selesai latihan. Gue yang penasaran nanya ke mereka "Eh pak Edi tadi dateng?" tanya gue ke mereka.
"Oh, iya mas tadi kesini terus pulang." Kata salah satu dari mereka.
"Apa? pulang? Kok bisa" Gue shock.
"Lah, tadi gak ada anak band"
Gue dihajar habis-habisan sama temen-temen gue. Gue yang merasa bersalah langsung meminta maaf kepada pak Edi, layaknya orang yang gak berani nembak langsung, gue minta maaf lewat sms. Akhirnya pak Edi memaaf kan dan kita jadian. Enggak-enggak, gue gak nafsu sama bapak-bapak umur 43 tahun yang berkumis lebat.

   Latihan hari kedua, lancar, hari ketiga lancar, hari ke empat gak ada. Hari ke Empat kita Gladi resik. Gladi dimulai dari jam 2 sampe habis Magrib. Gue ngantuk banget, tapi ketika gue mau tidur selalu aja ada yang bikin ganggu. Buat yang gak tau gue bisa tidur meski keadaan gladi pun gue bisa, asalkan enggak ada yang suka cubit gue aja. Sering pas mata gue mau offline, Aryo, Benny, Febri suka nyubit muka gue. Gue sempet membalas, pas Febri mau tidur, gue mau sekap dia pake sapu tangan gue. Yang jadi masalah gue gak bawa sapu tangan, jadi niat itu gue urung. Kata guru gue, kita tampil di Pra acara dan Inti, cuma band kita yang tampil 2 kali. Dan gue harus dateng jam setengah tuju. Yang jadi problem bisa gak bokap gue berangkat jam segitu? mana besok mungkin adek gue Resa dan Rasya sekolah. Akan menjadi lama kalau dua kurcaci itu mandi. Si Resa mandi lama banget kaya kebo. Rasya mandi di bak mandi juga lama. Dua-duanya bikin darah tinggi. Belum lagi bokap gue.

  Pulang gladi, gue mencari bokap gue, kebetulan bokap gue lagi rapat, gue menelfon dia
"Hallo, pa?"
"Iya, kenapa?"
"Pa besok bisa gak dateng jam setengah tuju?"
"Setengah tuju?"
"Iya, bisa kan?"
"Kan di undangannya jam 7?"
"Iya, ini aku ngisi pra, bisa ya pa pliss ya!"
"Ah, papa lagi rapat nanti aja di rumah, tut-tut-tut-tut-" Telfon ditutup

  Gue gak bisa tidur, gue ngerasa badan gue gak enak. Ternyata gue belom mandi. Gue mandi, tidak lupa menggososk gigi, habis mandi kutolong ibu, membersihkan tempat tidurku. Kenapa gue malah nyanyi? Malem-malem, gue main Facebook kebetulan belum tamat. Tiba tiba terdengar suara orang muntah-muntah. Ternyata Resa sakit. Disisi lain gue merasa kasihan kepada adik gue satu ini, disisi lain gue seneng banget soalnya anak yang bikin gue telat tinggal Rasya. Jadi kalo misalnya gue telat satu-satunya yang bisa gue marahin cuma dia. Bwahahaha (ketawa demit).

  Setibanya di sana, gue di turunin di depan gerbang, gue mempersiapkan semua. setibanya di sana pak Martin bilang "Ini nanti kamu kan pra acara pertama, jadi lagumu buat fashion show Gus dan jeng ya?" kata pak Martin dengan logat Solo yang Medok. Gue yang seneng banget karena anak Jeng-nya cantik-cantik dan manis-manis, Gus nya enggak kalah cantik gue liat tadi (kalo gusnya baca ini pasti bilang 'idih..makasih mas rizq' dengan gaya tangan bergetar-getar, cocok cyiin!). Setelah perform kita duduk ditempat yang udah ada namanya. Bokap gue duduk agak jauh dari gue, tapi tempatnya enak, dingin, sejuk. Lah gue? panas, karbondioksida dimana-mana, kentut orang juga dimana-mana. Semacam danger zone yang sudah ter-isolasi oleh pemerintah.

  Proses Wisuda dimulai, semua anak maju untuk diberi semacam kaya kalung ada logo sekolah gue, dan buku album foto siswa. Ada foto gue yang keren banget kaya cover boy majalah flora dan fauna, ada foto gue yang aneh. Waktu itu kita foto dulu, aba-abanya menyanyi lagi balon ku "Meletus balon Hijau Dor!" pas bilang "Dor" di jepret JBRET!. Mulut gue mangapnya kelebaran. Pada saat acara, bagian yang menurut gue paling terhenyut (bahasa apaan tuh?) adalah pas temen gue Azizah membacakan puisi. Temen gue Yesinta menangis terharu, Febri menangis, belakangan gue tau Febri menangis bukan karena tersentuh oleh puisi Azizah, tapi dia menangis karena laper, belum sarapan. Kasian dia, hina banget dia.

   Salah satu adegan favorit gue adalah waktu Teater. Ada salah satu adegan yang menurut gue itu sangat mengocok perut, hati, ginjal, paha, dan lain-lain. Adegan itu adalah proses lamaran dari Bahar dan Elisabeth. Elisabeth digambarkan sesosok wanita yang cantik, anggun, ramping, menawan...tapi itu semua kebalikannya. Dia aslinya,,,gimana ya cara ngomongnya biar dia enggak tersinggung? jelek, item, Gendut, dan berkumis. Elisabeth aslinya namanya Alvian, beda jauh kan? Lucunya Bahar melihat Elisabeth (baca:Alvian) sosok wanita yang (maaf ya)  cantik, anggun, ramping, menawan. Terus terang gue malu sebagai temen sekelasnya. Tapi dibalik itu gue cukup seneng. Dia bisa jadi The Next Olga Syahputra. Pas gladi dia sempet minjem high heelsnya Nisa, pas gue nanya "Yan, itu high heels buat apaan?" Tanya gue ke dia
"Oh buat Yocha " gayanya yang gemulai
"Perasaan Yocha kakinya kecil deh?"
"Gak tau, katanya dia mau yang besar"
Gak taunya dia yang make. Benar-benar parah dia!

  Setelah acara wisuda selesai. Gue pulang, gue langsung masuk kamar. Gue duduk di sofa yang ada di kamar gue sambil memangku buku foto album. Entah kenapa gue merasa sangat emosional. Gue melihat aksi temen-temen angkatan gue, ada yang pake kaca mata hitam biar kelihatan cool tapi malah kaya tukang pijet tuna netra. Gue melihat wajah-wajah temen-temen gue. Wajah-wajah yang mungkin enggak bisa bersama dengan gue ketika SMA, wajah yang selalu menghiasi di hidup gue selama tiga tahun bersekolah di SMPN 1 Wlingi, teringat gue ketika pertama kali datang ke sana, melihat wajah-wajah baru. Yang awalnya tak kenal menjadi sahabat. Sahabat yang tidak terpisahkan tertawa bersama, melakukan banyak hal bersama. Tapi kini kita telah mengambil jalan masing-masing. Pilihan yang membuat kita merasa kehilangan dan harus mengatakan 'Sampai berjumpa lagi kawan!' dan melambaikan tangan. Gue yang menatap nanar keluar jendela, melihat langit dan berkata dalam hati gue, "Gue bakalan kangen dengan tingkah laku kalian selama ini."
Tamat